Panyabungan, Kabupaten Mandailing Natal (Madina) salah satu penghasil karet terbanyak di Sumatera Utara, tetapi karena kesulitan hidup di tengah rendahnya harga karet dan meningkatnya harga-harga, menyebabkan anak-anak harus ikut mengais rezeki menutupi kebutuhan sehari-hari dengan mendulang emas.
Pantauan wartawan, Jumat (23/10) di Desa Tombang Bustak, Kecamatan Kotanopan, Kabupaten Madina. Banyak anak-anak, remaja, wanita dan para kepala keluarga, berbaur di antara bongkahan batu dan pasir untuk mencari biji emas di Sungai Batang Gadis.
Selama ini penduduk setempat dan mayoritas warga Madina menggantungkan pendapatan keluarga dari komoditi karet, tetapi akibat harga karet yang jatuh dalam beberapa tahun terkahir, menyebabkan mayoritas warga Madina beralih profesi.
Warga Tombang Bustak memperoleh peluang mendapatkan bijih emas dengan cara mendulang pasir di badan Sungai Batang Gadis.
Sejak pagi saat alat berat mulai beraksi untuk memuat material batu dan pasir ke dalam dump truk, puluhan warga sudah menunggu di sekitar lokasi. Masing-masing di antara mereka membawa ember, goni plastik tempat manampung pasir. Usai alat berat memuat bahan material ke atas dump truk, operator pun mengumpulkan pasir untuk warga.
Tidak berselang lama, warga berebut mengambil pasir. Pasir itu didulang untuk memilah biji emas dari biji pasir yang telah dikumpulkan.
Pendapatan warga bervariasi. Mulai dari Rp10.000 hingga Rp300.000 per hari. Tergantung nasib baik.
Semakin siang, warga yang ikutpun semakin banyak, sebab usai pulang sekolah anak-anak di wilayah ini akan ikut mendulang biji emas.
Ibrahim, salah seorang warga yang ikut mendulang, mengatakan, dirinya sudah hampir dua bulan ikut serta mencari emas di sungai itu.
“Hasil yang didapatkan pun bervariasi, terkadang hanya 50 ribu, bisa Rp100. Ribu, bahkan pernah Rp300 ribu, tapi kadang tidak ada sama sekali,” ungkapnya.
Diakuinya, dirinya ikut mencari emas karena rendahnya harga karet. “Harga karet lagi murah, tidak mencukupi kebutuhan, kita terpaksa mencari pekerjaan alternatif.
Keberadaan alat berat ini sangat membantu bagi warga di daerah ini,” ucapnya.
Sementara itu, Muklis (12) seorang anak yang ikut mendulang mengatakan, ikut mencari emas untuk menambah uang saku dan uang sekolah.
“Untuk menambah uang saku dan uang sekolah, lumayan sehari bisa mencapai Rp20.000 sampai Rp50.000. Setiap pulang sekolah kami datang kemari.
Kalau hasilnya banyak, terkadang ditabungkan. Sedangkan orangtua tidak melarang,” ujarnya.
Dia harus ikut dengan teman sebayanya mendulang emas, karena orangtua sudah tak mampu memberi uang untuk transportasi dan keperluan sekolah akibat rendahnya pendapatan dari pekerjaan menderes pohon karet. (adr)
(Analisa).
Leave a Reply