
Ketika duduk di bangku Sekolah Dasar (SD) HKBP di Kabupaten Simalungun, ada perlakuan yang agak istimewa untuk murid yang orang tuanya petani. Memang agak mengherankan. Biasanya guru lebih ‘ sayang ‘ sama murid yang orang tuanya kehidupannya lebih ‘mapan’ misalnya Pegawai Negeri , pegawai swasta ataupun pedagang.
Kenapa pula anak petani ini lebih di sayang ?…….
Ternyata bermuasal dari pembayaran SPP (dulu di sebut iuran). Sekolah di SD HKBP itu uang sekolah di bayar dalam 2 jenis yaitu bentuk uang dan beras. Artinya, selain wajib membayar uang sekolah, murid juga di wajibkan membawa beras tiap bulannya. Biasanya, sih setiap murid dikenai kewajiban 2 liter beras.
Murid yang anak petani beras yang diberikan kepada guru di sekolah umumnya beras kualitas terbaik dari hasil panen. ” Boras baru” istilah petani kampung di Simalungun.
Beras ini tentu berbeda rasanya dari beras yang beredar di pasar yang berasal dari Bulog. Beras yang dari Bulog biasanya sudah di beri pengawet agar tahan lama di dalam gudang.
Cobalah sekali-kali memasak pakai ‘beras baru’ yang langsung dari panen petani. Rasanya beda jauh dengan beras dari pembelian di pasar. Aromanya harum dan rasanya sangat pulen. Pantas saja guru2 di sekolah pada ketagihan makan ‘beras baru’ pak Tani.
Untuk murid yang orang tuanya Pegawai Negeri Sipil (PNS), biasanya memberikan beras jatah orang tuanya dari kantor untuk di bawa ke sekolah. Tentu saja kita tahu bagaiman kualitas beras jatah PNS. Selain warnanya kuning, tidak putih bersih seperti beras baru rasanya tidak enak bahkan terkadang banyak ulatnya. Dan tentu saja yang bikin kesal, yaitu bau beras jatah PNS itu yang terkadang apek membuat guru2 enggan memakannya.
di salin dari : tobakartun.wordpress.com
Leave a Reply