
Paluta – Jalan menuju Desa Sandean Jae, Kecamatan Halongonan kian hari kian parah, seluruh warga yang hidup dari bertani karet dan kelapa sawit, hanya bisa pasrah dengan medan jalan yang mereka lalui saat keluar maupun menuju desa mereka.
Desa yang terletak sekitar 7 kilometer dari pusat Pasar Siteurat, Kecamatan Holongonan itu kini bagai jalan menuju hutan yang sama sekali tidak tersentuh pembangunan.
Pantauan wartawan saat melintasi jalan menuju Desa Sandean Jae, Kecamatan Halongonan, kondisi badan jalan sudah rusak parah, bahkan sebahagia badan jalan pun sudah terputus, sehingga untuk melaluinya diperlukan kehati-hatian sebab jika salah memilih jalan maka akan tergelincir.
Umar Rambe (32) salah satu pengendara mengaku kewalahan dan bahkan merasa terkejut dengan kondisi jalan yang terjal jalan masih rata dengan tanah, sehingga sangat membahayakan para pengguna jalan.
“Ini bukan jalan lagi dan bahkan jika tidak hati-hati bisa memakan korban,” kata Umar, Kamis (20/3).
Menurut Umar, Desa Sandean Jae merupakan masuk kategori daerah terpencil. Hal itu terbukti dengan pembangunan infrastruktur jalan maupun fasilitas lainnya seperti lampu penerangan jalan umum (LPJU) sama sekali tidak pernah dibangun.
Selain itu, jalan ini merupakan jalan utama yang menghubungkan tiga desa lainnya, yaitu Desa Sandean Hasahatan, Desa Sandean Tonga dan Desa Sandean Julu.
Sementara itu Firman Harahap (36) warga Desa Sandean Hasahatan mengatakan, kondisi jalan menuju desa mereka sudah berlangsung sekitar lima tahun dan semenjak itu tidak pernah ada lagi pembangunan serta perehapan jalan menuju desa mereka.
“Lima tahun sudah jalan menuju desa kami begini, kami gak tahu mau mengadu kepada siapa,” tegas Firman.
Selain itu, jaringan listrik untuk di daerah mereka pun hanya sampai di Desa Sandean Jae, sementara untuk desa berikutnya yaitu Desa Sandean Hasahatan, Desa Sandean Tonga dan Desa Sandean Julu sama sekali belum pernah merasakan cahaya lampu yang berasal dari tenaga listrik.
“Padahal jaman sudah modern begini tapi kenapa desa kami masih tetap seperti ini, rasanya hidup seperti dijaman penjajahan,” imbuhnya sedih.
Sebagai warga negara menurutnya berhak mendapat kehidupan yang layak dengan menikmati berbagai fasilitas umum, dan bisa merasakan pembangunan yang ada di Paluta.
Harapannya, semoga pemerintah dapat segera mengatasi kerusakan jalan yang terjadi di desa mereka dengan tujuan untuk meningkatkan perekonomian masyarakat, karena selama ini transportasi untuk mengangkat hasil bumi mereka seperti getah karet, buah kelapa sawit maupun hasil perkebunan lainnya selalu terkendala diakibatkan jeleknya infrastruktur jalan. (ong)
Sumber: AnalisaDaily.com
Memprihatinkan……… mudah-mudahan mempublikasikan terus menerus, dapat membantu lebih cepat kepada yang terkait, daripada lapor sana lapor sini tidak ada kejelasan…