
Selisih harga yang tinggi membuat warga tergiur membeli mitan oplosan. Harga minah di Pangkalan mencapai Rp 10.000/liter sementara Mitan yang sudah dicampur harganya berkisar antara Rp 7.000-Rp 8.000/liter.
Maraknya peredaran minyak yang diduga oplosan itu kebanyakan di daerah perdesaan, terbukti akhir pekan lalu terjadi peristiwa kompor yang berisi minyak tanah oplosan milik warga Desa Gunung Tua Tonga, Kecamatan Padang Bolak, Uddin Ritonga meledak sehingga mengakibatkan luka bakar pada kaki istrinya.
Salah seorang warga Gunung Tua, Anti Harahap (28), kepada Analisa, Rabu (5/9) mengaku merasa curiga minyak tanah yang beredar di pasaran itu merupakan oplosan, karena warnanya kemerah-merahan, seperti warna solar.
Selain itu, minyak tanah yang dijual di pasaran itu tidak berbau minyak tanah seperti biasanya dan tidak mudah terbakar.
“Saya merasa curiga minyak tanah itu dioplos, harga minyak dijual lebih murah, sementara di pangkalan minyak tanah harganya Rp 10.000 per liter, itu saja sudah nampak bahwa ada permainan,” kata boru Harahap
Senada juga diungkapkan Ani (32) warga lingkungan V, Kelurahan Pasar Gunung Tua mengaku dirinya pernah membeli minyak tanah di salah satu kedai di pasar Gunung Tua. Namun minyak tanah tersebut sulit digunakan untuk memasak. Selain sulit digunakan untuk masak, minyak tanah tersebut berbau solar.
Salah seorang Pemilik Pangkalan Mitan di lingkungan Satu, Kelurahan Pasar Gunung Tua, Hasan Marbun mengaku resah dengan banyaknya minyak oplosan yang beredar luas dijual di wilayah Paluta. Ia pun juga tidak menampik peredaran minyak oplosan di wilayah Paluta.
Kapolres Tapsel AKBP Subandriya SH MH dikonfirmasi Analisa melalui Kapolsek Padang Bolak AKP JW Sijabat mengatakan dirinya berterimakasih atas informasi tersebut dan berjanji akan menindaklanjutinya. (ong)
Sumber: analisadaily.com
Leave a Reply